Kondisi Terumbu Karang Indonesia
Suatu kenyataan menunjukkan bahwa luasan terumbu karang di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan dan mengalami kerusakan. Hal ini diakibatkan karena cara penangkapan ikan di sekitar terumbu karang yang sifatnya merusak, penambangan batu karang dan sedimentasi. Metode penangkapan ikan yang merusak misalnya penggunaan bahan peledak, racun sianida, muro-ami dan perangkap ikan. Peledakan karang menggunakan dinamit banyak dipraktekkan di perairan Indonesia sedangkan penggunakan racun sianida biasanya ditujukan untuk menangkap ikan-ikan hias yang hidup di terumbu karang. Aktifitas yang menggunakan perahu baik yang dilakukan oleh nelayan maupun turis juga dapat menimbulkan kerusakan karang, misalnya akibat jangkar yang dibuang di daerah karang dan merusak karang serta kegiatan berjalan-jalan di atas terumbu karang.
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dari cakupan luas terumbu karang yang ada di Indonesia sekitar 50.000 km2 diperkirakan hanya 7 % terumbu karang yang kondisinya sangat baik, 33 % baik, 46 % rusak dan 15% lainnya sudah dalam kondisi kritis. Kondisi ini semakin lama semakin mengkhawatirkan dan apabila keadaan ini tidak segera ditanggulangi akan membawa bencana besar bagi kehidupan biota laut dan kesejahteraan masyarakat serta bangsa Indonesia.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah kerusakan terumbu karang yang telah dikembangkan sejak beberapa tahun ini adalah melalui teknologi terumbu karang buatan dan transplantasi karang. Yang disebut terumbu karang buatan adalah habitat buatan yang dibangun di laut dengan maksud memperbaiki ekosistem yang rusak, sehingga dapat memikat jenis-jenis organisme laut untuk hidup dan menetap; biasanya terbuat dari timbunan bahan-bahan, seperti bekas ban mobil, cor-coran semen/beton, bangkai kerangka kapal, badan mobil dan sebagainya. Dalam jangka waktu tertentu, struktur yang dibuat dengan berbagai bahan seperti struktur beton berbentuk kubah dan piramida, selanjutnya membantu tumbuhnya terumbu karang alami di lokasi tersebut. Dengan demikian, fungsinya sebagai tempat ikan mencari makan, tempat memijah serta tempat berkembang biak berbagai biota laut dapat kembali terwujud.
Berikut ini adalah contoh lokasi di Indonesia yang sudah mengembangkan budidaya terumbu karang buatan:
Desa Pemuteran, Bali.
Disini dapat dilihat aktivitas konservasi yang dilakukan masyarakat dengan menempatkan terumbu karang buatan di sepanjang pantai, serta sebuah terumbu karang buatan (artificial reef) berupa kurungan sepanjang 222 meter yang terbuat dan besi baja yang dialiri listrik DC, untuk mempercepat proses melekatnya polip-polip karang.
( Contoh budidaya terumbu karang buatan di Desa Pemuteran, Bali)
Probolinggo, Situbondo, Sidoarjo, Bangkalan, Sampang dan Pamekasan, Jawa Timur
Pembuatan terumbu karang buatan yang dikembangkan menggunakan beton berukuran 60 x 10 meter dan ban bekas yang ditenggelamkan di laut. Saat ini daerah yang paling banyak menggunakan beton sebagai terumbu karang buatan adalah di daerah Probolinggo, dengan 600 unit beton ditenggelamkan di Pulau Gili Ketapang dan 600 unit di PPU Paiton. Dan yang banyak menggunakan ban bekas adalah di daerah Situbondo di Desa Kembang Sambi Kec. Mlandingan sebanyak 38 unit.
(Terumbu buatan yang telah ditumbuhi Acropora di Perairan Klampis, Bangkalan, Jawa Timur)
Teluk Benete, Teluk Maluk, dan Teluk Jelenga, Sumbawa Barat, NTB
PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) bekerja sama dengan masyarakat dan pemerintah setempat memulai program berkelanjutan terumbu karang buatan, dengan menempatkan 14 dari rencana 2000 terumbu karang buatan (reef ball). Reef ball ini terbuat dari pasir, semen, kerikil dan silika dengan formula khusus dan akan menjadi tulang punggung bagi pertumbuhan karang yang baru.
Kep. Seribu
Pada 6 Juli 1979, ratusan ban bekas, truk, dan bis piton dari Departemen Pekerjaan Umum dibenamkan sebagai terumbu karang buatan atau rumpon di sekitar Pulau Kotok Kecil untuk menandai pulau itu sebagaibase camp Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI). Dua puluh tahun kemudian, giliranBubbles Divers dan rekan penyelam lain membenamkan gentong karang (Tahun 2000), kapal kayu (Tahun 2001) di kedalaman 20 m di bawah dermaga Pulau Kotok Besar yang letaknya berhadapan dengan Pulau Kotok Kecil. Tahun 2002 ditenggelamkan juga gentong karang dan rangka VW Combi yang sudah dibersihkan dari unsur oli, bensin dan cat di Karang Halimah, antara Pulau Kotok Besar dan Kotok Kecil.
Diposkan Oleh Cut Husna
Diposkan Oleh Cut Husna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar