Jumat, 10 Januari 2014

TEKNIK BUDIDAYA RUMPUT LAUT Cottonii sp (Kappaphycus alvarezii)


TEKNIK BUDIDAYA RUMPUT LAUT
Cottonii sp (Kappaphycus alvarezii)


  Salah satu faktor penting untuk menunjang keberhasilan budidaya rumput laut adalah pemilihan lokasi , sehingga sering dikatakan kunci keberhasilan budidaya rumput laut terletak pada ketepatan pada pemilihan lokasi. Hal ini dapat dimengerti  karena relatif sulit untuk membuat perlakuan tertentu terhadap kondisi ekologi perairan laut yang selalu dinamis, dan pertumbuhan rumput laut sangat ditentukan oleh kondisi ekologi dimana budidaya dilakukan, sehingga besarnya hasil produksi rumput laut di beberapa daerah sangat bervariasi.
Dalam pemilihan lokasi yang tepat untuk budidaya rumput laut, perlu ditekankan pertimbangan atas faktor-faktor resiko, pencapaian dan faktor ekologis. Banyaknya faktor yang tidak tetap ini, sehingga pemilihan lokasi sebaiknya didasarkan pada pengaruh dari beberapa faktor tersebut. Hal ini dikarenakan faktor-faktor tersebut saling berkaitan dan saling mendukung.
Faktor Penentu Pemilihan Lokasi
Faktor-faktor  yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi budidaya rumput laut adalah sebagai berikut :
  1. Faktor Resiko
1.1. Masalah keterlindungan.
Untuk menghindari kerusakan secara fisik sarana budidaya maupun rumput laut dari pengaruh angin dan gelombang yang besar, maka diperlukan lokasi yang terlindung. Lokasi yang terlindung biasanya didapatkan di perairan teluk atau perairan terbuka tetapi terlindung oleh adanya penghalang atau pulau di sekitarnya.
1.2. Masalah keamanan.
Masalah pencurian mungkin dapat dialami, sehingga upaya pendekatan kepada beberapa pemilik usaha budidaya lain atau dengan menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar, perlu dilakukan.
1.3. Masalah benturan kepentingan.
Beberapa kegiatan perikanan lain, seperti kegiatan penangkapan ikan, pengumpul ikan hias akan berpengaruh terhadap aktivitas usaha budidaya rumput laut dan dapat mengganggu beberapa sarana rakit.
2. Faktor Pencapaian
Pemilik usaha budidaya rumput laut cenderung memilih lokasi yang berdekatan dengan tempat tinggal, sehingga kegiatan monitoring pertumbuhan dan penjagaan keamanan dapat dilakukan dengan mudah. Kemudian lokasi diharapkan berdekatan dengan sarana jalan, karena akan mempermudah dalam pengangkutan bahan, sarana budidaya, bibit, hasil panen dan pemasarannya. Hal tersebut akan mengurangi biaya pengangkutan.
3. Faktor Ekologis.
Faktor ekologis suatu lokasi merupakan  faktor  terpenting, dalam menentukan keberhasilan usaha budidaya. Parameter ekologis yang perlu diperhatikan antara lain : Ketersediaan bibit, arus, kondisi dasar perairan, kedalaman, salinitas, kecerahan, pencemaran dan tenaga kerja.
3.1. Ketersediaan bibit
Lokasi yang terdapat stock alami rumput laut yang akan dibudidaya, merupakan petunjuk lokasi tersebut cocok untuk usaha budidaya rumput laut. Apabila tidak terdapat sumber bibit dapat memperolehnya dari  lokasi lain.  Pada lokasi dimana Euchema cottonii bisa tumbuh, biasanya terdapat pula jenis lain seperti Gracilaria, dan Sargassum.
3.2. Arus
Rumput laut merupakan organisma yang memperoleh makanan melalui aliran air yang melewatinya atau melalui sintesa bahan makanan di sekitarnya dengan bantuan sinar matahari. Gerakan air yang cukup akan menghindari terkumpulnya kotoran pada thallus, membantu pengudaraan, dan mencegah adanya fluktuasi yang besar terhadap salinitas maupun suhu air. Suhu yang baik untuk pertumbuhan rumput laut berkisar 25 –29oC.  Arus dapat disebabkan oleh arus pasang surut, maupun karena angin dan ombak. Besarnya kecepatan arus yang baik antara : 20 – 40 cm/detik. Suatu lokasi yang memiliki arus yang baik biasanya ditumbuhi karang lunak dan padang lamun yang bersih dari kotoran dan miring ke satu arah.
3.3.  Kondisi dasar perairan
Perairan yang mempunyai dasar pecahan-pecahan karang dan pasir kasar, dipandang baik untuk budidaya rumput lautEuchema cottonii. Kondisi dasar perairan yang demikian merupakan petunjuk adanya gerakan air yang baik, sedangkan apabila dasar perairan yang terdiri dari karang yang keras, menunjukkan dasar itu terkena gelombang yang besar dan apabila dasar perairan terdiri dari lumpur, menunjukkan gerakan air yang kurang.
3.4.  Kedalaman air.
Kedalaman perairan yang baik untuk budidaya rumput laut Euchema cottonii dengan metoda lepas dasar  adalah 30 – 60 cm pada waktu surut terendah, dan 1 - 15 m untuk sistim apung, dengan metode rakit bambu, metode jalur dan long-line. Kondisi ini untuk menghindari rumput laut mengalami kekeringan dan mengoptimalkan perolehan sinar matahari.
3.5.  Salinitas.
Euchema  adalah alga laut yang bersifat stenohaline, relatif tidak tahan terhadap perbedaan salinitas yang tinggi. Salinitas yang baik berkisar antara 28 - 34 ppt dengan nilai optimum adalah 33 ppt. Untuk memperoleh perairan dengan salinitas demikian perlu dihindari lokasi yang berdekatan dengan  muara sungai.
3.6. Kecerahan.
Rumput laut memerlukan cahaya sebagai sumber energi guna pembentukan bahan organik yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangannya yang normal. Lokasi yang potensial hendaknya dipilih yang memiliki kecerahan air  tinggi.
Air yang keruh biasanya mengandung lumpur dan dapat menghalangi tembusnya cahaya di dalam air, dan dapat menimbun permukaan thallus, sehingga akan mengganggu  pertumbuhan dan perkembangannya. Lokasi yang baik bagi budidaya rumput laut memiliki kecerahan lebih dari 1,5 m pada pengukuran dengan alat secchi disk.
3.7.  Pencemaran.
Lokasi yang telah tercemar, baik yang berasal dari limbah rumah tangga, aktivitas pertanian, maupun limbah industri harus dihindari untuk budidaya rumput laut, Sebaiknya dihindari pula lokasi budidaya yang berdekatan dengan muara sungai, karena terutama pada saat musim penghujan, merupakan sumber sampah dan kotoran lumpur. Kondisi ini akan menutupi permukaan thallus rumput laut dan akan mempengaruhi pertumbuhannya.
3.8.  Tenaga kerja.
Dalam memilih tenaga kerja yang akan ditempatkan di lapangan sebaiknya dipilih yang bertempat tinggal berdekatan dengan lokasi budidaya, dan memiliki kemauan bekerja. Hal ini dapat menghemat biaya.
B. TEKNIK BUDIDAYA
Dalam perkembangannya teknik budidaya rumput laut Eucheuma cottonii di masing-masing daerah oleh masyarakat disesuaikan dengan kebiasaan dan kondisi lokasi tersebut. Secara Umum teknik budidaya rumput laut Eucheuma cottoniiterdiri dari dua sistim yaitu sistim lepas dasar dan sistim apung.  Dalam perkembangannya kedua sistim ini telah berkembang lagi menjadi beberapa metode.   
  1. Sistim Lepas Dasar.
Metode ini merupakan perbaikan dari metode sebelumnya. Dimana pada daerah yang telah ditetapkan (lokasi budidaya) dipasang patok-patok secara teratur berjarak antara 50 – 100 cm.  Pada sisi yang berlawanan  dengan jarak 50 – 100 m juga diberi patok dengan jarak yang sama.   Satu patok dengan patok lainnya dihubungkan dengan  tali jalur yang telah berisi rumput laut tersebut. Pada jarak 3 meter diberi pelampung kecil yang berfungsi untuk menggerakan tali tersebut setiap saat agar tanaman bebas dari lumpur (adanya sedimentasi)
2.  Sistim Apung

 2.1.   Metode rakit
Metode ini sering disebut metode rakit kotak, dibentuk dari empat buah bambu yang dirakit sehingga berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2,5 - 4 x 5 - 7 m.  Pada rakit tersebut dipasang tali pengikat rumput laut secara membujur dengan jarak 30 cm kemudian  rumput laut (bibit) diikat pada tali tersebut.   Berat bibit yang digunakan berkisar antara 50 – 100 gram. Setelah rumput diikat maka rakit tersebut ditarik dan ditempatkan pada lokasi yang telah ditetapkan dengan menggunakan dua buah jangkar pada kedua ujung rakit tersebut dengan kedalaman perairan berkisar antara 0,5 – 10 meter. 
Gambar 2. konstruksi rakit bambu rumput laut
2.2.   Metode Long Line berbingkai
Konstruksi metode ini semuanya terbuat dari tali PE. Adapun teknik pembuatan konstruksinya sbb : Menyiapkan tali PE Ø 0,10 cm sepanjang 260 m. Kedua ujung tali tersebut dihubungkan kemudian dirancang  hingga berbentuk persegi panjang berukuran 100 x 25 m. Pada keempat sudut  dilengkapi dengan empat buah pelampung yang berfungsi mempertahakan konstruksi agar tetap  berada pada permukaan air. Agar konstruksi tersebut tetap pada posisi yang diharapkan maka pada keempat sudut yang sama dilengkapi dengan enam buah jangkar. Setelah selesai menyiapkan konstruksi maka tahap berikutnya adalah menyiapkan 165 buah tali jalur yang terbuat dari tali PE Ø 0,5 cm. Tali tersebut dipotong masing – masing 25 m sesuai dengan panjang konstruksi. Pada satu tali jalur dipasang 120 tali coban (tali
titik) berjarak 25 cm yang berfungsi sebagai tempat mengikat bibit yang akan digunakan.
Bibit yang digunakan adalah tanaman muda dari hasil budidaya. Sebelum diikat bibit tersebut dipotong agar ukurannya sesuai dengan bobot yang dikehendaki. Untuk mengetahui perkembangan tanaman, ditentukan beberapa sampel dengan berat rata-rata 100 gram kemudian  setiap minggu  dilakukan penimbangan sampel tersebut.

Gambar 3.  Unit Konsruksi budidaya rumput laut Eucheuma cottonii Metode long line berbingkai ukuran 2500 m2
2.3.   Metode jalur (kombinasi)
Metode ini merupakan kombinasi antara metode rakit dan metode long line. Kerangka metode ini terbuat dari bambu yang disusun sejajar, pada kedua ujung setiap bambu dihubungkan dengan tali PE Ø 0,6 cm sehingga membentuk persegi panjang dengan ukuran 5 x 7 m. perpetak. Satu unit metode ini terdiri dari 7 – 8 petak dan pada kedua ujung setiap unit diberi jangkar.   Kegiatan penanaman diawali dengan mengikat bibit rumput laut ke tali jalur yang telah dilengkapi tali PE Ø 0,1 cm.  Setelah bibit diikat pada tali jalur maka tali jalur tersebut dipasang pada kerangka yang telah tersedia dengan jarak tanam yang digunakan minimal 25 cm x 30 cm.
Gambar 4. Bentuk konstruksi satu unit rakit metode kombinasi
3.  Bibit.
Dalam satuan unit usaha budidaya rumput laut diperlukan perhatian khusus tentang bibit yang digunakan. Disarankan, untuk setiap kegiatan usaha budidaya rumput laut harus memiliki rakit khusus sebagai penyuplai bibit. Karena dengan rakit khusus ini bibit yang digunakan dapat  tersedia setiap saat dan dapat memenuhi kriteria bibit yang baik.   Kriteria bibit yang baik:
  1. Bercabang banyak dan rimbun,
  2. Tidak terdapat bercak dan terkelupas,
  3. Warna spesifik (cerah),
  4. Umur 25 – 35 hari,
  5. Berat bibit 50 – 100 gram.

Gambar 5.  Bibit Rumput Laut unggul

4.  Penanaman
Kegiatan penanaman untuk semua metode relatif sama, penanaman diawali dengan mengikat rumput laut (bibit) ke tali jalur yang telah dilengkapi dengan tali pengikat rumput laut. Pengikatan bibit rumput laut harus dilakukan di lokasi yang terlindung dari sinar matahari langsung, umumnya dilakukan ditepi pantai di bawah pohon atau pondok yang disiapkan khusus.  Berat bibit yang ditanam berkisar antara 50 sampai 100 gram per ikatan.
Jarak tanam (jarak antar tali jalur) untuk metode  rakit dan metode jalur relatif sama yaitu 30 – 35 cm, sedangkan jarak tanam untuk metode long - line berkisar antara 50 – 100 cm.  Setelah selesai  mengikat rumput laut  maka tali jalur yang berisi rumput tersebut diikatkan pada kerangka yang telah tersedia. 
Gambar 6.   Pengikatan bibit rumput laut
5.  Sampling. 
Untuk mengetahui pertumbuhan rumput laut yang ditanam maka selama satu periode penanaman perlu dilakukan beberapa kali sampling. Sampling pertama dilakukan pada saat bibit akan ditanam untuk mengetahui berat awal. Sampling kedua dilakukan setelah tanaman berumur tiga minggu (21 hari). Sedangkan sampling ketiga dilakukan pada saat panen.   Suatu kegiatan budidaya rumput laut Eucheuma cottonii dikatakan baik apabila laju pertumbuhan rata-rata per hari minimal 3 %.  Untuk mengetahui presentase laju pertumbuhan perhari dapat menggunakan rumus:
                                                  Wn    1/n
  1. =          Wo       - 1        X 100%
               
    Keterangan :     a        =        laju pertumbuhan harian (% gr bt/hari)
                             Wn     =       Bobot rata-rata akhir (gr)
                             W0     =       Bobot rata-rata awal (gr)
                              n       =       Waktu pengujian

6.  Pengontrolan Rutin
Keberhasilan suatu usaha budidaya rmput laut sangat tergantung dari manajemen budidaya rumput laut. Kegiatan pengontrolan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan sesering mungkin untuk membersihkan   tanaman dari tanaman pengganggu dan juga untuk melakukan penyulaman terhadap tanaman yang terlepas.  Khusus untuk kegiatan penyulaman hanya dilakukan pada minggu pertama setelah rumput laut  ditanam.
7.   Panen
Akhir dari kegiatan proses produksi budidaya rumput laut adalah pemanenan, oleh sebab itu kegiatan pemanenan hingga penanganan pasca panen harus dilakukan dengan memperhatikan hal-hal yang akan berpengaruh terhadap kualitas produk yang akan dihasilkan. Secara umum kebutuhan akan rumput laut Eucheuma cottonii (Kappaphucus alvarezii) adalah untuk mendapatkan bahan karagenan yang terkandung dalam rumput laut tersebut. Untuk mendapatkan rumput laut yang memiliki kandungan karagenan sesuai dengan kebutuhan industri maka beberapa hal yang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan adalah sebagai berikut:
  1. Umur
Umur rumput laut akan sangat menentukan kualitas dari rumput laut tersebut.   Jika rumput laut tersebut akan digunakan sebagai bibit maka pemanenan dilakukan setelah rumput laut berumur 25 – 35 hari karena pada saat itu tanaman belum terlalu tua.  Sedangkan jika rumput laut tersebut dipanen untuk dikeringkan maka sebaiknya pemanenan dilakukan pada saat rumput tersebut berumur 1,5 bulan atau lebih karena pada umur tersebut kandungan karaginan cukup tersedia. 
  1. Cuaca
Hal kedua yang sangat penting pada saat panen adalah cuaca. Jika pemanenan dan penjemuran dilakukan pada cuaca cerah maka mutu dari rumput laut tersebut dapat terjamin. Sebaliknya jika pemanenan dan penjemuran dilakukan pada cuaca mendung akan terjadi proses fermentasi pada rumput tersebut yang menyebabkan mutunya tidak terjamin.
  1. Cara Panen
Pembudidaya yang memiliki usaha dalam jumlah besar hendaknya melakukan kegiatan pemanenan dengan cara melepaskan tali jalur yang berisikan rumput laut siap panen. Rumput laut tersebut diangkut ke tepi pantai kemudian dirontokan dengan jalan memasang dua patok kayu dalam satu lubang kemudian kedua ujung patok atas direntangkan sehingga membentuk huruf Y.  Setelah itu dua sampai tiga ujung dari tali jalur yang berisikan rumput laut hasil panen tersebut dimasukkan ke antara kedua patok tersebut dan ditarik sehingga rumput laut rontok dan siap untuk dijemur. Hal ini akan menimbulkan luka yang cukup banyak pada rumput laut tersebut. Kondisi ini akan memberikan dampak yang kurang baik dimana pada luka tersebut akan mengakibatkan keluarnya air termasuk karagenan yang terkandung dalam rumput laut tersebut. Oleh sebab itu pemanenan yang baik adalah meminimalkan luka pada rumput laut dari setiap hasil panen tersebut.
Berikut ini beberapa cara panen dan pasca panen hasil budidaya rumput laut yang seharusnya dilakukan :
  1. Proses perontokan rumput laut dapat dilakukan seperti di atas tetapi cukup dengan satu tali jalur.
  2. Perontokan rumput dilakukan dengan memotong setiap tali pengikat rumput laut.
  3. Penjemuran rumput laut dilakukan sekaligus dengan tali jalur tanpa dirontokkan. Setelah hari ke dua rumput laut tersebut dapat dirontokkan dengan jalan memotong thalus tempat mengikat rumput laut tersebut.
  4. Penjemuran harus dilakukan diatas wadah penjemuran agar terhindar dari kotoran (sebaiknya di atas para-para).
  5. Penjemuran sebaiknya dilakukan selama 3 – 4 hari pada cuaca cerah (apabila cuaca mendung maka penjemuran dapat dilakukan lebih dari 4 hari).
  6. Hindari rumput laut yang dijemur dari air hujan dengan cara menyiapkan plastik atau terpal di lokasi penjemuran. 
7.4.  Rumput Laut Kualitas Ekspor
Apabila tahapan kegiatan sejak proses produksi hingga panen dan pasca panen dilakukan seperti tersebut di atas maka akan diperoleh bahan baku rumput laut industri kualitas eksport dengan kriteria sebagai berikut:
  1. Umur panen 45 hari atau lebih,
  2. Kurangi luka pada thallus saat panen,
  3. Penjemuran dilakukan di atas wadah,
  4. Kadar air 30 – 35 % dan
  5. Kemurnian minimal 97 %
Gambar 7. Para-para tempat menjemur rumput laut

III  KESIMPULAN DAN SARAN
Dari uraian di atas maka diambil beberapa kesimpulan sebagai barikut :
  1. Agar usaha budidaya rumput laut yang dilakukan memberikan menghasilkan  yang baik maka penentuan lokasi budidaya  harus dilakukan dengan  serius serta memperhatikan faktor resiko dan faktor  pencapaian.
  2. Penentuan metode budidaya yang akan digunakan harus disesuaikan dengan kondisi lokasi budidaya dan kebiasaan masyarakat petani rumput laut kota bontang serta memperhatikan asaz ramah lingkungan.
  3. Agar rumput laut hasil panen diterima oleh pengguna dengan baik maka kegiatan panen dan penanganan pasca panen harus memperhatikan hal-hal  sebagai berikut :
    • Panen harus dilakukan setelah tanaman berumur 45 hari
    • Kurangi luka pada rumput laut (thalus) saat panen
    • Penjemuran harus dilakukan di atas para-para atau media yang disiapkan khusus sebagai tempat penjemuran

                                                                                                                                          
       Diposkan Oleh Cut Husna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar